Properti

Mengukur Prospek Pembangunan Perumahan

KLIK BALIKPAPAN – Tahun 2022, diprediksi menjadi tahun kebangkitan bagi dunia pengembang Indonesia. Tahun ini akan menjadi fase pemulihan pasar properti di Tanah Air setelah dua tahun mengalami tekanan akibat pandemi.

Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia atau REI mengimbau pengembang agar lebih optimis.

Wakil Ketua Umum Koordinator DPP REI Hari Ganie, mengajak para pengembang lebih optimistis, apalagi Bank Indonesia juga meyakini akan terjadi pertumbuhan ekonomi di tahun 2022. Geliat pembangunan perumahan di tahun 2022 bakal moncer.

“Kita harus optimistis karena pertumbuhan ekonomi dunia juga luar biasa membaik. Meski begitu kita harus terus berdoa, semoga pandemi membaik dan ekonomi tumbuh lebih baik,” ujar Hari, dikutip dari laman REI, Senin 28 Maret 2022.

Dunia properti dinilai akan memasuki cahaya baru tahun ini. Termasuk prospek positif pembangunan perumahan, tak terkecuali di kota-kota kecil di Indonesia.

SekJen Developer Properti Indonesia Pratomo Harimawan, memberi saran bagi pengembang yang akan menggarap proyek properti. Dalam satu tulisannya di laman Deprindo, Pratomo mengingatkan selama ini laporan yang masuk ke padanya banyak yang tengah mempersiapkan perencanaan membangun perumahan di kota kecil.

“Ada proposal 15 ha di kabupaten Nganjuk, 25 ha di Rangkas Bitung, 7 ha di Tasik, dan lainnya. Semuanya kota kecil, tapi ukurannya luas luas. Target pasar subsidi,” ujarnya.

Ia menilai seluruh proposal bagus. Layak dari sisi perencanaan, hitung Rancangan Anggaran Biaya aka RAB, dan lainnya. “Satu-satunya yang gagap adalah bagaimana menjelaskan menjual 800 rumah untuk lahan 10 ha di sebuah kota kecil? Sebagian menjawab prospek pasarnya adalah PNS, buruh pabrik, UKM. Tapi berapa banyak potensinya, rata-rata tidak bisa menjawab. Apalagi kalau ditanya berapa developer yg sudah ada dan sedang berjalan,” ujarnya.

Ia menegaskan hal yang perlu diingat, kota kecil adalah kecil pula cerukan pasarnya. Potensi PNS rerata sekitar 10.000 an. Dari calon pegawai sampai pegawai menjelang pensiun.

“Apakah mereka belum punya rumah? Bisa jadi 70% nya sudah punya rumah. Jadi yang belum punya rumah sekitar 3000 an. Apakah semua SILK nya bagus? Atau masih punya sisa penghasilan untuk mencicil rumah? Mungkin hanya 50% nya,” katanya.

Dengan kata lain, lanjutnya, ada 1.500 PNS di daerah itu yang belum punya rumah. Dengan melihat developer lain yang juga memulai di kota itu, mungkinkah bisa menjual 800 unit untuk lahan 10 ha?

Ia berujar prospek pasar lain masih banyak. Seperti TNI, Polri, UKM, buruh pabrik, masih berapa banyak yang tersedia? Untuk buruh pabrik, apakah UMRnya bisa untuk cicil rumah?

Ia bilang mencermati prospek pasar di kota kecil menjadi sangat penting sebelum memulai proyek skala luas. Bagi pemula, di kota kecil, mulai dengan skala lahan yang tidak terlalu luas lebih di rekomendasikan.

“Ingat properti yg kita bangun adalah untuk dijual, bukan hanya sebuah realisasi angka-angka RAB. Batasi diri, ukur ketersediaan pasar,” ingatnya.

I Pewarta: Zen I Redaktur: Jihana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button