Urban Design

Mengenal Ikatan Arsitek Indonesia

KLIK BALIKPAPAN – Bangunan indah, jalan membentang, jembatan berdiri kokoh, dan begitu banyak infrastruktur dasar dan modern dibangun di Indonesia. Semua itu tidak lepas dari tangan-tangan kreatif para arsitek Indonesia, termasuk sosok-sosok yang tergabung dalam Ikatan Arsitek Indonesia.

Lantas sejak kapan Ikatan Arsitek Indonesia aka IAI, berdiri?

Menilik sejarahnya, seperti dilansir di laman iaikaltimdotorg, IAI didirikan secara resmi 14 tahun selepas Indonesia merdeka. Tepatnya, pada tanggal 17 September 1959 di Bandung. Kini di usianya ke-63, IAI telah beranggotakan lebih dari 25 ribu arsitek yang terdaftar melalui 34 kepengurusan provinsi dan wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Muasal berdirinya, kala itu, dalam suatu konfrensi tentang pelaku pembangunan Ir. Soehartono Soesilo dan Ars. F. Silaban tidak puas dengan kebijakan pemerintah yang menyama ratakan antara peleksana dan perancang.  Ketidakpuasan mereka terpendam dalam hati, akan tetapi ketidakpuasan itulah yang memicu lahirnya organisasi profesi bagi para arsitek Indonesia.

Dari kegundahan itu, dihelat pertemuan besar pertama para arsitek dari dua generasi di Bandung. Yakni pada 16 dan 17 September 1959. Pertemuan ini dihadiri 21 orang, tiga orang arsitek senior, yaitu: Ars. F. Silaban, Ars. Mohammad Soesilo, Ars. Liem Bwan Tjie dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama Jurusan Arsitektur ITB tahun 1958 dan 1959.

Related Articles

Pertemuan pertama dihelat di Jalan Wastukancana, di rumah Ars. Lim Bwan Tjie di seberang pompa bensin Wastukancana. Hal ini dilakukan sebagai penghormatan kepada beliau, arsitek paling senior. Menjelang malam kedua, tanggal 17 September, pertemuan dipindah ke rumah makan Dago Theehuis, sekarang Taman Budaya Jawa Barat di Bandung utara agar suasananya lebih netral.

Dalam kedua pertemuan itu dirumuskan tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar pendirian persatuan arsitek murni, sebagai yang tertuang dalam dokumen pendiriannya, “Menuju Dunia Arsitektur Indonesia yang Sehat”.

Di malam yang bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya lembaga tertinggi dalam dunia arsitektur profesional Indonesia dengan nama: Ikatan Arsitek Indonesia disingkat IAI.

Pada awal pendiriaannya Ikatan Arsitek Indonesia mendapat dukungan dari Presiden Soekarno yang berharap agar IAI mampu menunjukkan kiprahnya di duniaInternasional.

IAI aktif dalam kegiatan internasional melalui keanggotaannya di ARCASIA atau Architects Regional Council of Asia sejak tahun 1972. Juga pada agenda UIA atau Union Internationale des Architectes, sejak tahun 1974, serta AAPH aka Asean Association Planning and Housing. IAI sendiri menjadi salah satu pendirinya.

Di tahun 1966, IAI bahkan menjadi co-host AGA KHAN Award yang diselenggarakan di Jakarta, Jogja dan Solo. Lompatan terbesar dalam existensi Ikatan Arsitek Indonesia adalah terbitnya Undang Undang no 6 tahun 2017 tentang Arsitek yang diperjuangkan dengan susah payah oleh IAI, dibantu Kementerian PUPR dan didorong teman-teman arsitek di DPR RI.

Salah satu Amanah Undang Undang itu, membentuk Dewan Arsitek Indonesia untuk menata, mengawal, dan menjaga kualitas Arsitek Indonesia, memastikan kesetiaan pada Kode Etik serta selalu memberikan layanan prima dan bertanggung jawab sesuai kompetensi para arsitek.

Seiring waktu, pada Musyawarah Nasional XVI yang digelar Jumat 29 Oktober 2021, IAI memutuskan Georgius Budi Yulianto menjadi Ketua Umum IAI periode 2021-2024. Georgius yang karib disapa Boegar mengungguli dua calon lainnya yakni I Ketut Rana Wiarcha dan Ahmad Saifudin Mutaqi. Hasil voting menunjukkan Boegar mendapat 1.323 suara, I Ketut Rana Wiarcha 1.145 suara, dan Ahmad Saifudin Mutaqi 1.128 suara.

Posisi Strategik IAI

Posisi strategik Ikatan Arsitek Indonesia dapat dilihat dari lahirnya Undang Undang No.6 tahun 2017 tentang Arsitek dan terbitnya Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2021. PP ini mengatur standar kinerja arsitek, tata cara penerbitan dan pencabutan surat tanda registrasi arsitek, penerbitan dan perpanjangan lisensi, tata cara alih keahlian dan alih pengetahuan arsitek asing, pengenaan sanksi administratif, pembinaan arsitek, serta pengabdian masyarakat oleh arsitek.

Ikatan Arsitek Indonesia bukan lagi perkumpulan “biasa”, melainkan organisasi yang diatur dan berjalan berdasarkan  Undang Undang Negara Republik Indonesia.

Wabil khusus IAI Kalimantan Timur, posisi strategiknya menjadi sangat berarti dengan ditetapkannya Kalimantan Timur sebagai Lokasi Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Di sini peran arsitek lokal seharusnya menjadi “dominan” sebagaimana dimaksud dalam substansi LISENSI Arsitek – di Kalimantan Timur akan diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

IAI Kalimantan Timur

Ihwal cikal bakal Ikatan Arsitek Indonesia Kalimantan Timur lahir ketika Ar. Mustafa Aransyah ditugasi di tahun 1990-an oleh Ketua Umum periode 1989-1991 dan 1991-1993 Syachrul Syarif, untuk “mendirikan” IAI Kalimantan Timur.

Karena itu tidaklah mengherankan jika Ar. Mustafa Aransyah adalah anggota IAI Kalimantan Timur yang pertama dengan nomor anggota 02760. Di masa itu, keorganisasian sehari-hari di motori ibu Ar  Adelaide Monica Puji SR 02975  dan kemudian beliau selalu berada di kepengurusan IAI Kaltim hingga tahun 2017.

Kesibukan Bapak Ar. Mustafa Aransyah di bidang lain membuat beliau melimpahkan ‘penanganan’ IAI Kalimantan Timur kepada Ir. Mohammad Dicky Soesanto sebagai Ketua IAI Kaltim Pertama hingga tahun 2005.

Pada waktu itu, salah satu senior arsitek yang mendukung keberadaan IAI Kaltim, concern dan  memberi perhatian pada arsitektur Kalimantan Timur  adalah Ar. (Ir) Syarifuddin Harris.

Tahun 2005 dihelat Musyawarah Daerah I Ikatan Arsitek Kalimantan Timur yang menetapkan Ar. Achmad Gazali FS 04607 sebagai Ketua IAI Kalimantan Timur tahun 2005-2008. Kepemimpinan Bung Gazali di IAI Kaltim menjadi tonggak keorganisasian dan keprofesian.

Beliau aktif mengadakan pencerahan dengan mendatangkan pembicara seperti Prof Sandy Siregar  serta memperkenalkan IAI dan Arsitek & Arsitektur kepada masyarakat, misalnya melakukan pameran di Mal Lembuswana.

Seiring waktu, Ar.Benny Dhanio IAI 07379 menahkodai IAI Kaltim tahun 2009 – 2012 dan 2013-2016. Pada masa ini kepengurusan SKA arsitek diterbitkan IAI melalui Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi dan kiprah IAI Kaltim mendapat apresiasi dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan kehadiran Bapak Gubernur dalam pelrbagai event yang diselenggarakan IAI Kaltim.

Di masa ini pula, IAI Kalimantan Timur menjadi penggagas terbentuknya IAI Kalimantan Utara dan IAI Cabang Balikpapan. Tahun 2011 IAI Kaltim menjadi tuan rumah Musyawarah Nasional ke XIII Ikatan Arsitek Indonesia di Balikpapan.

Musyawarah Provinsi IV Ikatan Arsitek Indonesia tahun 2017 menetapkan Ar. Marthinus sebagai Ketua Ikatan Arsitek Indonesia Kalimantan Timur 2017 – 2020.

Kemudian melalui Musyawarah Provinsi V IAI Kaltim di Hotel Ibis Samarinda, Sabtu 11 September 2021, Wahyullah Bandung ditetapkan sebagai Ketua IAI Kaltim periode 2021 -2024. Mantan Ketua IAI Balikpapan ini dalam proses pemilihan ketua, memperoleh 45 suara dukungan, unggul dari kandidat lain, Bayu dengan enam suara, dan Kurnia tiga suara.

Sumber: IAI Kaltim I Redaktur: Muchlis

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button