KLIK BALIKPAPAN – “Saya masih menunggu digerebek Pemerintah Indonesia.” Demikian tantangan sesumbar, yang dilontarkan sosok yang mengaku hacker bernama: Bjorka. Ia menuliskan hal itu di Telegram. Sampai Senin 12 September 2022, pukul 16.00 Wita, grup Tele yang dikelolanya itu berisikan 60.8 K anggota.
Hacker Bjorka menjadi bahan perbincangan di Indonesia lantaran membobol data penting, mulai pengguna IndiHome sampai data registrasi SIM Card.
Lantas, Siapa Bjorka?
Bjorka punya akun Twitter baru. Ia kini mencuit di @bjorxanism, setelah akun lama ditangguhkan. Di Twitter, ia mengaku lokasinya di Warsawa, Polandia. Tapi, belum ada yang dapat memastikan apakah Bjorka benar-benar ada di sana atau tidak.
Ia mulai beraksi sebulan terakhir dan semakin tersohor usai mencuat di forum breached.to. Ia mengklaim punya 1,3 miliar data yang dipostingnya. Data tersebut ihwal registrasi SIM card prabayar dari penduduk Indonesia.
Tak cukup. Bjorka juga melakukan tindakan doxing terhadap Menkominfo Johnny G Plate. Ia menyebar data pribadi Menkominfo berupa nama, NIK, nomor telepon, KK, nomor vaksin, alamat, dll.
“Happy birthday,” ejek Bjorka di grup Telegram, Bjorkanism.
Sebelum melakukan doxing terhadap Menkominfo, Bjorka juga mengklaim telah membocorkan dokumen rahasia Jokowi.
Menurut pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, Bjorka kemungkinan memang ada di luar negeri. Dalam laporan detikINET, Senin 12 September 2022, Alfon memprediksi, Bjorka tidak berada di Indonesia. “Kalau di dalam negeri, akan sangat berisiko bagi dia melakukan aksi ini. Tapi yang jelas dia mendapatkan dukungan pihak yang memiliki informasi yang cukup detail mengenai bagaimana pengelolaan data di instansi pemerintah dan apa kelemahannya,” ujar Alfons.
Bjorka juga mengungkap motifnya menyerang Indonesia, yang ternyata bersifat personal.
Ia mengaku orang dekatnya pernah menjadi korban kebijakan Orde Baru pasca 1965 dan wafat tahun 2021. Bjorka bilang sosok itu kakek tua yang cerdas yang mengurus dia sejak lahir. Orang ini kata Bjorka sudah kehilangan status WNI akibat kebijakan tahun 1965. Bjorka pun mendedikasikan aksi ini untuknya.
Soal curhatan Bjorka, Alfons menyebut jangan mudah percaya.
“Menurut saya itu hanya bumbu saja. Jangan mudah percaya semua yang diinformasikan hacker. Dia sudah sangat berpengalaman dan mempersiapkan dirinya dengan sangat baik,” ingatnya.
Pendapat serupa dikemukakan Founder Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi.
“Ini bukan hacker biasa yang curi data, tapi ada kepentingan lain. Ceritanya bisa decoy, bisa juga betul. Tapi soal korban Orde Baru, kita nggak bisa telan mentah-mentah,” ujar Ismail Fahmi.
Dalam tweetnya, Ismail Fahmi mempertanyakan kenapa Bjorka di Twitter malah membuka cerita latarnya. Hal itu membuat orang tahu bahwa motifnya tidak murni pembocoran data, tapi ada unsur perlawanan politik terhadap Orde Baru.
Ismail mengatakan jika ini hacker palsu, bisa saja ia orang yang memakai data yang disebar hacker Bjorka, namun hal itu belum bisa diketahui. Posisi Bjorka ini bisa saja dilacak dari posisi transmisi datanya untuk Twitter.
“Ini nggak mungkin hacker biasa,” ujarnya.
Di linked, IT Security Consultant Fasa Centra Artajaya, Amri, menuliskan keraguannya jika data-data yang dibocorkan Bjorka sebagai data asli registrasi SIM Card. “Karena formatnya tak sesuai. Ngapain capek-capek menghilangkan nomor kartu keluarga? Harusnya disertakan juga supaya yang mau beli yakin. Eh malah dihapus, lawak bener,” sindirnya.
Ia menilai format data berupa tanggal dan jam registrasi dinilai janggal. “Gak mungkin banget 4 provider besar melakukan kesalahan yang sama,” ujarnya.
Amri juga menyindir media yang kurang memvalidasi. Menurutnya, bocornya data Sim Card itu sebagai lawakan. “Jadi ini pada ngelawak kalian ini. Kalian ini media haduh, nge prank 1 Indonesia. Yang penting rame ya ga? Perkara isinya bener apa gak urusan ke-12,” sarkas Amri.
I Pewarta: Taufik I Redaktur: Jihana