Humaniora

Antrian Minyak Bikin Sesak

KLIK BALIKPAPAN – Sejak tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat pertama dan menjadi raja produsen sawit terbesar di dunia. Bahkan di tahun 2019, produksi sawit Indonesia pernah menembus 43,5 juta ton, dengan pertumbuhan rerata per tahun mencapai 3,61 persen. Lahan perkebunan sawit milik Indonesia mencapai 16,38 juta hektar.

Menurut data Komisi Pengawas Persaingan Usaha alias KPPU, saat ini sebesar 46,5 persen pasar minyak goreng di Indonesia dikendalikan empat produsen besar.

Yaitu:

  1. Wilmar International Ltd

Wilmar grup perusahaan agribisnis Singapura yang didirikan tahun 1991. Saat ini Wilmar memiliki lebih dari 450 pabrik dan jaringan distribusi di seluruh Cina, India, Indonesia, dan 50 negara lainnya. Aktivitas Wilmar meliputi perkebunan kelapa sawit, penyulingan minyak masakan, penggilingan biji minyak, pemrosesan dan pengepakan minyak masakan konsumsi, lemak, oleokimia, dan biodiesel, serta pemrosesan dan pengepakan gandum. Produk minyak goreng produksi Wilmar yang beredar di Indonesia yaitu Fortune dan Sania.

  1. Indofood Agri Resources Ltd

Indofood Agri Resources Ltd yang dikenal dengan nama IndoAgri, perusahaan induk investasi sekaligus anak perusahaan Indofood Singapore Holdings Pte. Ltd. IndoAgri bergerak di bidang agrikultur, dan menghasilkan produk-produk kelapa sawit seperti minyak goreng, margarin, serta produk perkebunan lain seperti gula dan karet.

Related Articles

Dikutip dari Indofoodagri, IndoAgri memiliki lahan seluas 303.149 hektar di Indonesia. Sebagian besar berlokasi di Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan kilang minyak sebagian besar berlokasi di Jakarta, Medan, Surabaya dan Bitung.

Perusahaan milik Anthony Salim ini membawahi PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk. Produk minyak goreng IndoAgri yang kerap dijumpai di pasaran Indonesia adalah Bimoli, Delima, dan Happy.

  1. Grup Musim Mas

Perusahaan ini bergerak di bidang produksi sawit dan berkantor pusat di Singapura. Perusahaan ini beroperasi global di seluruh spektrum bisnis kelapasawit di 13 negara di Asia-Pasifik, Eropa, Amerika Utara dan Selatan.

Selain bisnis penyulingan minyak nabati, perusahaan ini memproduksi sejumlah mereksabun dan minyak goreng. Adapun produk minyak gorengbuatanGrupMusimMas yang beredar di Indonesia yaituSanco, Amago, dan Voila.

  1. RoyaL Golden Eagle International (RGEI)

Royal Golden Eagle dikenal sebagai Raja Garuda Emas, yang termasuk grup industri berbasis sumber daya terintegrasi global, dengan bisnis kertas, minyak sawit, viscose, konstruksi dan energi, manajemen properti dan aset. Minyak goreng Camar salah satu merek tersohor yang diproduksi perusahaan ini.

Sejak Januari 2022, Kementerian Perdagangan telah membuat kebijakan wajib pasok kebutuhan dalam negeri atau Domestic Market Obligation/DMO dan minyak sawit atau Crude Palm Oil yang berlaku sejak 27 Januari 2022 yang lalu.

Dengan kebijakan ini, perusahaan besar eksportir memiliki kewajiban memasok minyak goreng ke dalam negeri sebesar 20 persen dari total volume ekspor masing-masing. Kemudian sejak 10 Maret 2022, kebijakan wajib pasok kebutuhan dalam negeri dinaikan menjadi 30 persen.

Namun, selama beberapa pekan Indonesia justru mengalami kelangkaan minyak. Video-video antrian minyak di pelbagai daerah menjadi viral di media sosial. Kelangkaan minyak menjadi sorotan publik.

Bahkan, Tokoh Nahdlatul Ulama Umar Syadat Hasibuan yang karib dikenal Gus Umar, mengomnetari kelangkaan minyak dengan satire yang cukup tajam.

Ia menyebut jika sejak Indonesia merdeka tidak pernah mendapati masyarakat yang mengantri minyak goreng seperti saat ini. Terlebih Indonesia menjadi salah satu negara penghasil bahan utama pembuatan minyak goreng terbesar di dunia.

Cuitan Gus Umar. (Twitter/ @umarsyadat75) adminklik | KLIK BALIKPAPAN

“Sejak Indonesia merdeka, pernah gak rakyat antri beli minyak seperti ini? Padahal beli minyak bukan minta,” tulis Gus Umar di akun twitternya, @umarsyadat75, dikutip Klikbalikpapan, Kamis 10 Maret 2022. Ia juga meminta Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi untuk mundur dari jabatannya.

“Mendag harus mundur karena gak becus ngurus perdagangan minyak,” tulisnya.

Produksi minyak sawit mentah atau CPO Indonesia pada 2022 diprediksi mulai naik. Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia menyebut produksi CPO mencapai 49 juta ton sedangkan minyak kernel sawit atau PKO mencapai 4,8 juta ton sehingga total produksi sebesar 53,8 juta ton.

Volume ini lebih tinggi 4,87 persen dibanding total produksi 2021 yang berjumlah 51,3 juta ton.

Anggota DPR Fraksi PKS, Andi Akmal menyebut kondisi kelangkaan minyak mencoreng wajah Indonesia di mata dunia. Sebab, Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia. Tapi, rakyatnya kesulitan mendapatkan minyak goreng. Demikian dilaporkan Viva. Ia menyoroti kondisi Indonesia kaya minyak sawit seharusnya tidak ada alasan kekurangan minyak goreng.

“Tapi, situasi wajah negara kita sangat miris dalam tata kelola komoditas minyak goreng,” ujarnya.

Warga Damai, Balikpapan Selatan, Nia mengatakan terpaksa harus ikut dalam antrian minyak di Lotte Mart Jalan Ruhui Rahayu. Baru kali ini dalam hidupnya merasakan antrian panjang hanya untuk mendapatkan komoditas minyak goreng yang sebelumnya mudah didapatkan.

“Bikin sesak, Mas. Bukan sesak karena panjangnya antrian, tapi sesak miris kenapa harus antri di usia Kemerdekaan Indonesia yang sudah hampir 77 tahun. Miris banget, apalagi negeri kita kaya akan sawit,” ujarnya.

I Pewarta: Siska I Redaktur: Jihana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button