Pemimpin Kejam

KLIK BALIKPAPAN – Agusto Pinochet, Mantan Presiden Cili, dikenal sebagai salah satu pemimpin yang kejam ke rakyatnya. Tapi, akhirnya ia diciduk. Penangkapannya sekitar tahun 2007 atas penyelidikan kasus penggelapan uang negara. Akibatnya istri dan lima anaknya ikut ditahan.

Kekejaman kepemimpinan Pinochet kerap disejajarkan dengan pemimpin terkeji lainnya, semisal Benito Mussolini, PM Italia.  Ia malah menciptakan kelompok politik dari kumpulan mafioso dan pelaku kriminal yang super kejam. Kelompok ini digunakan memukul lawan-lawannya yang dipersiapkan untuk selalu siap bertempur membelanya. Dengan darah dan nyawa.

Ujungnya, ia ditahan juga.

Pemimpin kejam di dunia lainnya; seperti Joseph Stalin, Mao Ze Dong, Idi Amin pemimpin Uganda, Polpot, dan semisalnya punya pola yang nyaris sama: membenci agama, terbukti melakukan kejahatan HAM dan atau terlibat kejahatan finansial. Tak terkecuali Pinochet dan Musolini.

Saya jadi teringat kisah Oriana Fallaci, jurnalis wanita kenamaan era 70 an, yang membenci kekuasaan.  Dalam buku fenomenalnya yang dialih bahasakan ke pelbagai bahasa:

Intervista con la storia, atau Wawancara dengan Sejarah, ia mempersembahkan kisah-kisah menarik.

Buku itu hasil wawancaranya dengan belasan tokoh dunia di masa lalu.

Mulai Henry Kissenger sampai Gembong Syiah Iran Reza Pahlevi.

“Aku melihat kekuasaan sebagai hal yang menjijikan,” tulisnya.

Jika pola itu kita balik: siapa yang membenci agama, terlibat kejahatan HAM dan atau kejahatan finansial, apakah pasti punya gaya kepemimpinannya yang kejam?

Bila kita tarik ke belakang, otomatis, ada pola serupa. Semisal kekuasaan di bawah Firaun, Raja Namrud, penguasa Persia, Syiah Rafidhah, Majusi, pemimpin-pemimpin Yahudi sampai era saat ini.

Pun pola gerakan para pendukungnya kejam. Meski dikemas humanisme, HAM, bahkan bungkus religius sekali pun: mereka tetap sama dengan karakter penguasa yang didukungnya.

Mereka lah thin thank penjaga kekuasaan.

Menarik, ya? Seolah sejarah berputar sesuai rotasinya, yang geraknya sama.

Bedanya, hanya waktu, tempat dan pemerannya. (Rudi Agung)

Exit mobile version