WALHI: IKN Berpotensi Kekeringan
KLIK BALIKPAPAN – Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup aka WALHI Kaltim, Yohana Tiko, mengungkap pembangunan Ibu Kota Negara alias IKN, berpotensi memperparah kondisi sumber air dan mengancam kawasan lindung di konservasi Teluk Balikpapan.
Ia mengungkap, dari proyeksi luas IKN sebesar 256 hektare, kawasan itu telah mengalami kesulitan air akibat usaha ekstraktif semisal perkebunan kelapa sawit dan pertambangan.
Tapi di saat sama, lanjut Yohana, Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang dibuat pemerintah belum memberi solusi atas potensi kekeringan dan krisis air bersih di IKN.
Ia bilang, lahan seluas 256 ribu hektare itu telah mengalami krisis air karena investasi ekstraktif. Ada perkebunan kelapa sawit, pertambangan batu bara.
“Itu sudah mengalami krisis air saat ini,” tegasnya dalam diskusi bertajuk: Ibu Kota Baru dan Masa Depan Jakarta, Jumat 18 Maret 2022.
Yohana bilang, “Mereka yang mengatakan begitu. Tapi dalam KLHS, tidak ada jawabannya, bagaimana mereka mengatasi hal tersebut,” ujar Yohana.
Ia juga mempertanyakan pertimbangan pemerintah menciptakan sumber mata air di IKN. Padahal KLHS yang dikeluarkan tahun 2019 memuat risiko pencemaran air, kekeringan, dan perubahan iklim mikro.
Menurutnya, tidak hanya koalisi masyarakat sipil yang menilai akan memperparah sumber krisis air.
“Tetapi dalam kajian KLHK juga menyatakan berpotensi kekeringan saat tidak menemukan cara untuk menghadirkan sumber air,” tegasnya.
Dalam catatan Walhi, saat ini masyarakat di Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara, hanya mendapat pasokan air dari sungai kecil yang keruh. Air itu dibendung lagi ke dalam Bendungan Sepaku Semoi yang direncanakan akan menjadi sumber mata air di IKN.
“Jadi kondisinya masyarakat sudah mengalami krisis air di kawasan ring 1 terutama sampai di ring 3,” beber Yohana. Bahkan untuk konsumsi air sehari-hari masyarakat masih perlu membeli air bersih dari penyedia layanan.
“Masyarakat sulit mendapat air, mereka mendapat air dari sumur bor, beli. Kemudian dari anak sungai dan air hujan. Hanya itu yang bisa mereka manfaatkan,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkap telah mengkaji kondisi geologi di IKN.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelo menjelaskan, kajian dilakukan untuk mengetahui potensi sumber daya alam di IKN, serta potensi bencana yang bisa terjadi.
Kajian itu dilakukan bersama sejumlah pihak terkait dan hasil kajian telah disampaikan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappenas.
Ia menilai di Kaltim relatif stabil.
“Namun, kami mencatat ada beberapa patahan-patahan yang perlu dilihat lagi, apakah patahan-patahan di sana mengganggu,” papar Eko dalam konferensi pers, Jumat 21 Januari 2022.
Gelombang seismik itu rambatan energi yang disebabkan karena gangguan di kerak bumi. “Misalnya patahan atau ada ledakan,” jelasnya. Meski begitu, kemungkinan patahan-patahan tanah di IKN tidak berdampak signifikan.
Terkait potensi bencana, mengacu kajian inaRISK, menunjukkan PPU memiliki potensi bahaya banjir dengan tingkat sedang sampai tinggi. Dampaknya di empat kecamatan. Yaitu, Kecamatan Babulu, Waru, Penajam, dan Sepaku.
I Pewarta: Zen I Redaktur: Jihana