KLIK BALIKPAPAN – Seluruh gubernur di Indonesia dijadwalkan akan berkumpul di lokasi Ibu Kota Negara di Kaltim. Mereka berkumpul seiring rencana Jokowi yang akan berkemah di lokasi IKN pada 13 Maret 2022.
Para gubernur diminta membawa satu liter air dan dua kilogram tanah dari masing-masing provinsi ke lokasi IKN. Tanah dan air dari penjuru Nusantara dimasukkan dalam kendi tembaga yang disebut Kendi Nusantara.
Nantinya Kendi Nusantara diletakkan di Titik Nol IKN. Khusus untuk Kaltim, air dan tanah diambil dari lokasi dua kesultanan yakni Kesultanan Kutai di Lama Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Paser.
Pemerintah Provinsi Kaltim menggelar ritual pengambilan air dan tanah di dua wilayah. “Kami sudah mengambil air di Desa Kutai Kartanegara dan tanah di Paser,” ujar Kepala Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Kaltim, Syafranuddin, Sabtu 12 Maret 2022.
Prosesi pengambilan tanah dan air dilakukan di Desa Kutai Lama Kecamatan Anggana Kukar dan Kabupaten Paser. Pemkab Kukar dan Paser bersama Kesultanan Kutai Kartanegara dan Paser, memberikan dukungan penuh.
“Alhamdulillah, prosesi pengambilan tanah dan air dari dua wilayah yang mewakili Kerajaan atau Kesultanan di Kaltim berjalan lancar,” papar Syafranuddin.
Menurutnya, pengambilan tanah dan air di Kukar dan Paser sebagai simbol rakyat Kaltim siap dan akan bekerja keras mensukseskan IKN. Prosesi pengambilan tanah di Paser berlangsung dengan ritual adat, dipimpin SPYM Aji Muhammad Jarnawi SH dan SPYM Muhammad Sultan Alamsyah III.
Sedangkan pengambilan tanah dan air di Kutai Lama Kukar dilakukan Ketua Adat Kutai Lama Abdul Munir disaksikan Camat Anggana Rendra Abadi, Karo Adpim Setda Kaltim Syafranuddin, Kapolsek Anggana AKP Andy Wahyudi serta Kepala Desa Kutai Lama Nurdin.
Menurut Syafranuddin, setelah tanah dan air diambil kemudian disimpan dalam tempat khusus dan berbungkus kain kuning, dimasukan dalam Anjat atau ransel khas suku Dayak untuk diserahkan ke Gubernur Kaltim Isran Noor pada Minggu 13 Maret 2022.
“Semua ada maknanya. Seperti anjat yang digunakan sebagai tempat membawa atau menyimpan tanah dan air yang diambil di Paser dan Kutai Lama sebelum dibawa ke Titik Nol IKN. Nantinya disatukan dengan tanah dan air se Indonesia yang dibawa semua gubernur,” ujarnya.
Ia menerangkan, dalam catatan sejarah Kutai Kartanegara pernah menjadi pusat Kerajaan Kutai Kertanegara selama empat, sejak tahun 1300 sebelum berpindah ke Jembayan, dan terakhir di Tenggarong.
“Kutai Lama itu tonggak awal berdirinya kerajaan Kutai Kertanegara yang didirikan oleh Batara Agung Dewa Sakti pada sekitar Abad ke-14,” ujarnya.
Jubir Gubernur Kaltim ini menyebut terpilihnya pengambilan air dan tanah di Kutai Lama karena melihat sejarah. Kesultanan Kutai Kartanegara, sebelum melakukan acara Erau, terlebih dulu mengambil air dari Sungai Lama kemudian dibawa ke Keraton untuk digunakan dalam berbagai prosesi pelaksanaan Erau.
Ritual Ngalak atau mengambil air, lanjutnya, mengandung pesan agar selalu mengingat asal-muasal nenek moyang dan mempertahankan kearifan leluhur yang diwariskan.
“Meski Ibu Kota Kesultanan Kutai berpindah ke Tenggarong, keluarga Kesultanan Kutai tetap menganggap Kutai Lama sebagai kampung halaman dan asal-usul nenek moyang mereka,” jelasnya.
I Biro Adpim Setda Kaltim