KLIK BALIKPAPAN – Shalat tarawih menjadi satu shalat malam dan amaliah yang hanya dikerjakan pada waktu Ramadan. Karena itu, sangat penting mengetahui bacaan niat shalat Tarawih dan Witir serta doa, agar semakin khusyuk menjalankannya.
Shalat Tarawih disunnahkan dikerjakan dengan berjamaah di masjid atau musala. Sebab besarnya pahala. Meski begitu, tetap diperbolehkan untuk shalat Tarawih di rumah.
Apa yang dimaksud shalat Tarawih?
Dalam buku 33 Macam Jenis Shalat Sunnah, Muhammad Ajib menjelaskan, shalat tarawih itu shalat sunnah yang dikerjakan malam hari pada Bulan Ramadhan. Tarawih secara bahasa bentuk jama’ dari tarwihah yang artinya istirahat.
Dinamakan shalat Tarawih karena setiap selesai 2 rakaat, ada istirahatnya sejenak. Biasanya diisi dengan bacaan-bacaan dzikir atau shalawat.
Dari situ kemudian, setiap empat rakaat (dengan 2 salam) disebut Tarwihah, dan semuanya disebut Tarawih. Sebagaimana dijelaskan al-Hafiz Ibn Hajar al ‘Asqallaaniy dalam kitab Fath al-Baari Syarah al-Bukhari sebagai berikut:
سُمِّيَتِ الصَّلَاةُ فِي الْجَمَاعَةِ فِي لَيَالِي رَمَضَانَ التَّرَاوِيحَ لِأَنَّهُمْ أَوَّلَ مَا اجْتَمَعُوْا عَلَيْهَا كَانُوا يَسْتَرِيحُوْنَ بَيْنَ كُلِّ تَسْلِيمَتَيْنِ
Artinya: Shalat jamaah yang dilaksanakan pada setiap malam bulan Ramadhan dinamai Tarawih karena para Sahabat pertama kali melaksanakannya, beristirahat pada setiap dua kali salam.
Hukum Shalat Tarawih
Para ulama sepakat hukum shalat tarawih termasuk sunnah. Imam an-Nawawi rahimahullah (w. 676 H) seorang ulama besar madzhab Syafi’iy menyebutkan sebagai berikut:
“Adapun hukum shalat tarawih adalah sunnah berdasarkan ijma’ para ulama.”
Berapa Rakaat Shalat Tarawih?
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan jumlah rakaat shalat Tarawih. Empat Imam Madzhab sepakat bahwa shalat tarawih itu 20 rakaat dan witir 3 rakaat.
Waktu pelaksanaan shalat Tarawih dimulai usai shalat Isya, berakhir sampai terbit fajar. Bagi yang belum melaksanakan shalat Isya, tidak diperkenankan melakukan shalat Tarawih. Bahkan shalat Tarawihnya menjadi tidak sah. Jadi, tunaikan shalat Isya dulu sebagai hal yang wajib. Baru kemudian shalat Tarawih. Wajibnya dulu dikerjakan, baru kemudian yang sunnah.
Berikut niat shalat Tarawih dan Witir:
- Niat Sholat Tarawih bagi Imam
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى
Ushallii sunnata tarawihi rak’ataini mustaqbilal qiblati imaaman lillaahi ta’aalaa.
“Aku niat Shalat sunnah tarawih dua rakaat menghadap kiblat menjadi imam karena Allah Ta’ala.”
- Niat Salat Tarawih bagi Makmum
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Ushallii sunnata tarawiihi rak’ataini mustaqbilal qiblati makmuuman lillaahi ta’aala.
“Aku niat shalat sunnah tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta’ala.”
- Niat sholat tarawih Sendirian
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat Tarawihi rak‘ataini mustaqbilal qiblati ada’an lillahi ta‘ala.
“Aku menyengaja sembahyang sunnah Tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai karena Allah SWT.”
Sejarah Shalat Tarawih
Dahulu, Rasulullah pernah mengerjakan shalat Tarawih di masjid, bersama dengan beberapa Sahabat. Namun, beliau lantas tidak melaksanakan shalat ini di masjid karena khawatir akan dianggap sebagai kewajiban. Sebab, saat itu makin banyak Sahabat yang bermakmum kepada beliau.
Dalam sejarahnya, shalat ini diawali tiga kali kesempatan shalat Tarawih yang dilakukan pada Nabi Muhammad saw. Pertama di bulan Ramadhan tahun kedua Hijriah. Muhammad Mahmud Nasution dalam Jurnal Fitrah Vol 1 No 2 (2015) menjelaskan, shalat Tarawih pertama di masjid dilakukan Nabi pada 23 Ramadan tahun 2 H dan sahabat mulai mengikuti beliau. Lalu, Rasulullah kembali mengerjakan shalat Tarawih pada 25 Ramadhan. Saat itu, bertambah lagi Sahabat yang mengikuti.
Tarawih ketiga dilakukan Rasulullah pada 27 Ramadhan dan makin banyak lagi Sahabat yang menjalannya dengan berjamaah bersama Nabi. Namun setelah itu Nabi tidak kelihatan lagi shalat Tarawih di masjid, padahal pada 29 Ramadan para Sahabat sudah menanti beliau.
Rasulullah menyengaja karena khawatir nantinya shalat Tarawih menjadi diwajibkan. Setelah itu para Sahabat mengerjakan shalat sendiri-sendiri.
Usai salat Fajar, Rasulullah bersada, di hadapan para Sahabat:
“Amma ba’du, sesungguhnya aku bukannya tidak tahu keberadaan kalian (semalam). Akan tetapi aku takut nanti menjadi diwajibkan atas kalian sehingga kalian menjadi keberatan karenanya” (H.R Bukhari).
Sejak saat itu, sampai Rasulullah meninggal, shalat Tarawih tetap dilakukan. Sampai sekarang pun shalat Tarawih tetap dilakukan usai shalat Isya, sepanjang Ramadan. Rasulullah melaksanakan shalat Tarawih, kadang 8 atau 10 rakaat. Selanjutnya, beliau menutupnya dengan salat witir sehingga jika ditotal ada 11 rakaat yang dikerjakan.
Istri Rasulullah, Bunda Sayyidatina Aisyah Ra, mengatakan, “Bahwasanya Nabi Saw.. tiada mengerjakan salat malam, baik di Ramadan, maupun di lainnya, lebih dari sebelas rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sahabat Jabir Ra, mengatakan, “Bahwasanya Nabi Saw. mengerjakan shalat dengan mereka (para sahabat) 8 raka’at dan mengerjakan witir. Kemudian mereka menanti kedatangan Rasulullah pada malam berikutnya, maka Rasulullah tiada keluar masjid‛.” (HR Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah)
I Pewarta: Siska I Redaktur: Jihana