Guncangan Kenaikan Harga Pangan

KLIK BALIKPAPAN – Belum usai kisruh kenaikan harga minyak goreng, masyarakat dipusingkan dengan kelangkaan solar. Dua masalah itu belum juga tuntas, kejutan datang: tepat 1 April 2022, Pemerintah menaikan harga Pertamax.

Untuk Provinsi Kaltim, harga Pertamax naik Rp 3.750. Dari sebelumnya Rp 9.000 per liter, menjadi Rp 12.750 per liter. Di era Jokowi, kenaikan bahan bakar bukan kali ini saja terjadi.

Kenaikan harga khusus BBM Pertamax terjadi beberapa kali. Kita runut ke belakang: tahun 2016, mengutip laman Pertamina, daftar harga Bahan Bakar Khusus Pertamax terhitung 15 Agustus 2016 mencapai Rp 7.350 per liter.

Tahun 2017, Jokowi menaikkan harga Pertamax pada 1 Agustus sebesar Rp 900 per liter. Dari Rp 7.350 menjadi Rp 8.250 per liter. Pada 2018, harga Pertamax kembali naik menjadi Rp 10.400 per liter. Dengan kata lain harganya naik sebesar Rp 2.150 per liter.

Pada Februari 2019, pemerintah sempat menurunkan harga Pertamax menjadi Rp 9.850 per liter. Kemudian pada 1 Feburari 2020 pemerintah kembali menurunkan harga Pertamax jadi Rp 9.000. Angka tersebut bertahan sampai 31 Maret 2022. Pada 1 April harga Pertamax kembali naik, dari Rp 9.000 sampai Rp 12.750 per liter. Kenaikannya mencapai Rp 3.500 – Rp 3.750 per liter, tergantung daerahnya.

Dengan demikian dari kisaran harga Rp 7.350 per liter di rentang Juli 2017, menjadi Rp 12.750 pada April 2022. Tak sampai lima tahun, kenaikan harga Pertamax mencapai Rp 5.400 per liter. Atau setiap tahun naik Rp 1.000 per liter.

Konsumsi Pertamax memang tidak begitu siginifikan. Kisarannya sekitar 12-14% dari total konsumsi Pertamax secara nasional. Tapi bukan berarti tidak ada dampaknya. Yang paling kentara adalah migrasi. Perpindahan pelanggan Pertamax ke Pertalite. Sedangkan konsumsi nasional Pertalite sangat besar. Angkanya mencapai kisaran 73-74% dari total konsumsi Pertalite secara nasional.

Jika ini terjadi, boom: betapa mengerikan dampaknya.

Untuk dampak kenaikan harga minyak goreng saja, masyarakat sudah tercekik-cekik. Terutama kalangan menengah-bawah. Sebabnya, memicu efek domino kenaikan pangan. Ini belum ditambah kebiasaan buruk, kenaikan yang terjadi saban bulan puasa dan lebaran.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha merilis, kenaikan harga pelbagai komoditas pangan.

KPPU juga mengakui, enam tahun terakhir menjelang Ramadhan dan Iedul Fitri, memang terjadi lonjakan kenaikan harga pangan secara siginifikan. Begitu pun tahun ini. Meski naiknya tidak begitu siginifikan, tapi masyarakat baru saja dihantam krisis ekonomi di masa pandemi.

Dalam Forum Jurnalis via daring 1 April 2022, KPPU merinci kenaikan harga komoditas pangan. Terbesar, kenaikan harga minyak goreng yang mencapai 90%. Bahkan, harga cabai ikut terkerek cukup signifikan, tercatat naik 27% menjelang Ramadhan.

Sehari sebelumnya, Kementerian Perdagangan merilis kenaikan harga pelbagai komoditas pangan. Dari kedelai sampai daging sapi. Daging sapi paha harganya berada di level Rp129.900 per kilogram. Selanjutnya, harga cabe rawit merah Rp 62.800 per kilogram, bawang putih honan Rp 31.200 per kilogram, daging ayam ras di level Rp36.200 per kilogram, dan telur ayam ras Rp 25.700 per kilogram.

Tak hanya itu. Harga kedelai impor di tingkat pengrajin tempe dan tahu ikut naik, harganya menyentuh Rp 14.100 per kilogram atau naik 2,17% dari sebelumnya Rp 13.800. Kenaikan ini terjadi tiga hari sebelum Ramadhan 1442 H, atau 31 Maret 2022.

Sedangkan awal Ramadhan ditetapkan jatuh tanggal 3 April 2022.

Jelang Ramadhan atau bulan puasa, masyarakat disuguhi guncangan harga yang mencekik. Pada 1 April, tidak hanya Pertamax yang naik, bahkan PPN ikut naik. Dari 10% menjadi 11%. Kalau Pertamax tidak memberi dampak siginifikan pada ekonomi, berbeda dengan kenaikan PPN.

Efek domino kenaikan PPN ini, bukan lagi sebatas harga komoditas pangan yang ikut naik. Melainkan dari harga layanan video streaming  berlangganan seperti Netflix hingga platform sejenis lainnya. Sampai harga pulsa yang ratusan juta rakyat menggunakannya, harganya juga terkerek naik. Yang otomatis akan berdampak pada banyak kenaikan komoditas lain.

Boleh saja pemerintah berdalih stok pangan cukup. Tapi kalau harga-harga naik, lalu daya beli menukik, siapa yang mau membeli? Ini saja belum terasa potensi dampak migrasi dari kenaikan Pertamax. Jika pelanggannya bermigrasi ke Pertalite, bukan tidak mungkin ujungnya harga Pertalite akan dinaikan juga.

Kenaikan harga PPN pun diprediksi memengaruhi inflasi yang berpotensi menyentuh angka 4%. Hadiah bulan puasa kali ini betapa luar biasa: belum selesai nafas tersengal akibat pandemi, rakyat sudah dijejali aneka kenaikan harga itu dan ini.

Yang tentu saja tidak akan berakhir sampai sini. Untuk Iedul Fitri, kenaikan harga akan semakin terasa bagi pemudik. Musababnya, tarif di sejumlah jalan tol sudah lebih dulu terkerek naik.

Para pemudik siap tercekik-cekik.

Exit mobile version