KLIK BALIKPAPAN – Bagi banyak orang, mungkin, metaverse dunia baru. Tetapi, bagi generasi Z yang aktif di dunia Games seperti Roblox, metaverse sangat menarik.
Pertanyaannya, apa sih metaverse? Metaverse bisa disebut sebagai penggabungan digitalisasi antara intenet dengan dunia virtual dengan penggunaan teknologi 3D seperti Virtual Reality-VR, Augmented Reality-AR, Extended Reality-XR. Metaverse dinilai mampu membawa perubahan cara pandang dunia bisnis dan teknologi saat ini.
Sebenarnya metaverse bukan barang baru. Hanya saja, di Indonesia tren istilah metaverse baru booming di rentang tahun 2021-2022. Bagi orang kebanyakan, metaverse versi lain dari Virtual Reality. Tapi bagi sebagian besar lainnya, ini masa depan internet.
Bedanya, dalam metaverse pengguna tidak menggunakan komputer tapi seperangkat headset untuk memasuki dunia virtual yang menghubungkan segala sesuatu dalam dunia digital yang dituju.
Tidak seperti VR yang sebelumnya identik untuk kebutuhan bermain game, dunia virtual metaverse bisa digunakan untuk keperluan lebih luas lagi. Semisal, bekerja, bermain, menonton atau bahkan sekadar jalan-jalan.
Mark Zuckerberg bisa dibilang yang mempopulerkan istilah metaverse. Tapi istilah metaverse sendiri sudah bisa ditemukan dalam novel distopian karya Neal Stephenson. Novel yang dirilis tahun 1992 itu, metaverse adalah realitas virtual 3D yang bisa diakses melalui terminal dan kacamata VR, yang bentuknya mirip Oculus Quest atau headset VR lainnya.
Ruang 3D dalam novel digambarkan sebagai kawasan perkotaan yang terbangun di sisi jalan selebar 100 meter bernama The Street. The Street ini tempat berlangsungnya pembangunan. Developer bisa membangun jalan kecil yang terhubung ke jalan utama hingga membangun lingkungan tempat tinggal.
Menurut John Radoff, teknologi metaverse itu teknologi dan rangkaian platform yang merujuk pada pengalaman dalam pikiran orang saat mereka mengacu pada metaverse. Tentu harus dengan menggunakan sejumlah koneksi digital virtual yang mendekatkan dunia bisnis dan peluang ekonomi baru bagi orang-orang di seluruh dunia.
Metaverse juga memiliki ekonomi dan mata uang intrinsiknya sendiri, yang dapat digunakan pengguna untuk membeli, menjual, dan memperdagangkan pelbagai hal. Semisal real estate digital, item, aksesori avatar, dan banyak lagi. Kita dapat mengaksesnya melalui komputer, headset virtual reality, atau smartphone.
Bayangkan begini. Kita tidak perlu pergi ke mall untuk membeli sepatu. Hal itu sudah bisa kita lakukan sekarang. Tapi pernahkah terpikir bahwa, tanpa pergi ke mall, kita tetap bisa mencobanya dulu sebelum membelinya. Kok bisa? Nah pengalaman seperti ini bisa saja dilakukan di Metaverse.
Dilansir dari DW, dalam beberapa tahun ke depan, Facebook telah berinvestasi dalam augmented virtual reality untuk penerapan dunia virtual ini. CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengatakan ia berharap suatu hari nanti orang akan memikirkan perusahaan media sosial sebagai perusahaan metaverse.
Di awal November 2021, Facebook menggandakan proyek tersebut, mengumumkan inisiatif baru mereka di Eropa. “Alih-alih hanya melihat konten, kamu bisa berada di dalamnya,” ujar Mark Zuckerberg kepada The Verge.
Mengacu pada model Metaverse Jon Radoff yang merujuk pada Metaverse Facebook, ada tujuh bagian layer yang bisa dipetakan dalam Facebook Metaverse, yakni:
- Insfrastruktur. Dalam dunia metaverse diperlukan teknologi insfrastruktur dalam mendukung konektifitas Internet seperti Wifi, 5G, 6G, Cloud, GPUs, MEMs.
- Human Interface. Setelah insfrastruktur pendukung metaverse telah dilengkapi, diperlukan antarmuka Manusia seperti Oculus, Headset VR/AR yang pengembangan kedepannya alat-alat headset seperti ini lebih terjangkau. Baik harga dan penggunaannya lebih flexible. Human Interfaces dalam Facebook juga dapat berupa Smartglass, Wearables, Mobile, Haptic, Gestures, Voice, Neural.
- Decentralization. Dalam desentralisasi ini ada teknologi seperti Edge Computing, Artificial Intelligent Agents, Microservices, Blockchain Computing.
- Spatial Computing. Teknologi lainnya seperti Multitasking User Interfaces, 3D Engines, Geospatial Mapping, VR/AR/XR yang menggambarkan spatial computing yang mendukung komputasi, programming yang mendukung virtual platform di dalam metaverse.
- Creator Economy. Ada beberapa contoh teknologi dalam platform yang merujuk pada metaverse. Penggunaan teknologi seperti Design Tools, Asset Markets, Workflow, Commerce salah satunya adalah Facebook Horizon atau platform pembuatan konten.
- Discovery. Dalam layer ini, menggambarkan model bisnis Facebook seperti Ad Networks, Social, Curation, Ratings, Stores, Agents. Seluruhnya menitikberatkan pada jaringan dan konten iklan sehingga memudahkan orang menemukan konten dalam metaverse. Penggunaan ini, digunakan pada beberapa aplikasi seperti Messenger, Whatsapp, Games Apps, Oculus Apps bahkan media social pada facebook.
- Experience. Di layer ini, jejaring social Facebook termasuk Instagram. Dengan adanya Metaverse menjadikan aktifitas di sosial media dalam bentuk realtime – streaming. Selain memaparkan dalam Games, Shopping, Social Media.
Konsep dunia metaverse diprediksi bakal menjadi kenyataan di masa depan. Dunia impian ini akan menggabungkan aspek teknologi sehingga tidak ada lagi antara dunia virtual dan dunia nyata.
Alat pembayaran di metaverse pun akan dibuat sedemikian rupa sehingga transaksi ekonomi tetap bisa berlangsung di dalamnya. Alat pembayaran di metaverse akan menggunakan blockchain dan kripto. Keduanya menjadi alat tukar yang menjalankan perekonomian di metaverse.
Pewarta: Siska I Redaktur: Jihana